makalah Perilaku Individu dan Pengaruhnya Terhadap Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya, organisasi merupakan suatu
jembatan dalam membentuk suatu komponen yang dapat dijadikan anggota untuk
memecahkan suatu masalah. Inti organisasi belajar adalah kemampuan organisasi
untuk memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna menciptakan
sejenis proses yang akan menyempurnakan itu.
Organisasi dimana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, di mana aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan di mana orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama, Akan tetapi secara umum organisasi sempat menjadi wacana dalam aktifitas yang dapat dijadikan sebagai bagian dari kelompok. pada dasarnya adalah karena manusia adalah makhluk sosial yang dalam konteks ini adalah homo socius . Fakta tersebut adalah sebuah sifat kodrati.
Organisasi dimana orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola-pola berpikir baru dan berkembang dipupuk, di mana aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan di mana orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn) sesuatu secara bersama, Akan tetapi secara umum organisasi sempat menjadi wacana dalam aktifitas yang dapat dijadikan sebagai bagian dari kelompok. pada dasarnya adalah karena manusia adalah makhluk sosial yang dalam konteks ini adalah homo socius . Fakta tersebut adalah sebuah sifat kodrati.
Manusia tidak mungkin dapat hidup seorang
diri, lepas dari masyarakat, kelompok maupun kehidupan bersama komunitasnya.
Manusia adalah makhluk yang berfikir dan dapat berkembang. Setiap manusia
memiliki naluri untuk hidup bermasyarakat. Untuk mmemenuhi berbagai macam
kebutuhan tersebut maka manusia harus melakukan kerjasama karena dia tidak akan
mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Di situlah tingkat keterbatasan
manusia yang merupakan cerminan bahwa manusia memerlukan kerjasama dan wadah
itu terdapat dalam organisasi.
B. Perumusan
Masalah
1. Membahas tentang
dasar-dasar perilaku individu dalam organisasi,
2. membahas tentang bagaimana mengenali perilaku
individu dalam organisasi.
C. Tujuan
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini, supaya teman-teman bisa mengetahui sifat-sifat
dan perilaku individu serta menambah pengetahuan untuk teman-teman dan pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
VARIABEL YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU
1.
Pengertian Perilaku Individu
Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa
lainnya.
2.
Dasar – Dasar Perilaku Individu
Semua perilaku individu pada dasarnya dibentuk
oleh kepribadian dan pengalamannya. Sajian berikut ini akan diarahkan pada
empat variable tingkat – individual, yaitu karakter biografis, kemampuan,
kepribadian, dan pembelajaran.
a. Karakter biogarfis
Karakter biografis merupakan karakteristik pribadi terdiri dari :
·
Usia
·
Jenis
kelamin
·
Status
perkawinan
·
Masa
kerja
b. Kemampuan
Kemampuan dibagi
menjadi 2 : yaitu kemampuan fisik, adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut
stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa, dan kemampuan
intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental, menalar, dan
memecahkan masalah. Individu dalam sebagian besar masyarakat menempatkan
kecerdasan, dan untuk alasan yang tepat, pada nilai yang tinggi. Individu yang
cerdas juga lebih mungkin menjadi pemimpin dalam suatu kelompok. Tujuh dimensi
yang paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual adalah :
kecerdasan angka, pemahaman verbal, kecepatan persepsi, penalaran induktif,
penalaran deduktif, visualisasi parsial.
c. Kepribadian
Himpunan karakteristik
dan kecendrungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku
seseorang.
d. Pembelajaran
Setiap perubahan yang relative permanen dari perilaku
yang terjadi sebagai hasil pengalaman.
3. Variable
yang mempengaruhi perilaku individu
a.
Variable
– variable dependen
Variable
dependen adalah faktor – faktor kunci yang ingin dijelaskan atau diperkirakan
dan yang terpengaruh sejumlah factor lain (suatu respons yang dipengaruhi oleh
suatu variabel bebas). Variable – variable dependen tersebut antara lan :
1) Produktivitas,
yaitu suatu ukuran kinerja yang mempengaruhi keefektifan dan efesiensi.
2) Keabsenan
(kemangkiran), yaitu gagal atau tidak melapor untuk bekerja.
3) Pengunduran
diri (keluar masuknya karyawan), yaitu penarikan diri secara sukarela dan tidak
sukarela dari suatu organisasi.
4) Kepuasan
kerja, yaitu suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang atau selisih antara
banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya mereka yakini
seharusnya mereka terima.
b. Variable
– Variabel Independen
1) Variabel
– variable individu: Usia, status perkawinan, jenis kelamin, masa kerja.
2) Variable
– variable kelompok: Variable – variable level system organisasi
B.
TEORI
DAN PRINSIP MOTIVASI
Motivasi dapat diartikan sebagai
factor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang akan mempengaruhi cara
bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap
performansi pekerja. Berikut ini dikemukakan uraian mengenai motif yang ada
pada manusia sebagai pendorong dari perilaku manusia.
1.
Motif
Kekuasaan
Merupakan
kebutuhan manusia untuk memanipulasi manusia lain melalui keunggulan-keunggulan
yang dimilikinya. Clelland menyimpulkan bahwa motif kekuasaan dapat bersifat
negatif atau positif. Motif kekuasaan yang bersifat negatif berkaitan dengan
kekuasaan seseorang. Sedangkan motif kekuasaan yang bersifat positif berkaitan
dengan kekuasaan sosial (power yang dipergunakan untuk berpartisipasi dalam
mencapai tujuan kelompok).
2.
Motif
Berprestasi
Merupakan
keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas secara sempurna, atau
sukses didalam situasi persaingan (Chelland). Menurut dia, setiap orang
mempunyai kadar n Ach (needs for achievement) yang berlainan.
Karakteristik
seseorang yang mempunyai kadar n Ach yang tinggi (high achiever) adalah :
a) Risiko
moderat (Moderate Risks) adalah memilih suatu resiko secara moderat.
b) Umpan
balik segera (Immediate Feedback) adalah cenderung memilih tugas yang segera
dapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan yang telah dicapai dalam
mewujudkan tujuan, cenderung.
c) Kesempurnaan
(accomplishment) adalah senang dalam pekerjaan yang dapat memberikan kepuasaan
pada dirinya.
d) Pemilihan
tugas adalah menyelesaikan pekerjaan yang telah di pilih secara tuntas dengan
usaha maiksimum sesuai dengan kemampuannya.
3.
Motif
Untuk Bergabung
Menurut
Schachter motif untuk bergabung dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk berada
bersama orang lain. Kesimpulan ini diperoleh oleh Schachter dari studinya yang
mempelajari hubungan antara rasa takut dengan kebutuhan berafiliansi.
4.
Motif
Keamanan
Merupakan
kebutuhan untuk melindungi diri dari hambatan atau gangguan yang akan mengancam
keberadaannya. Di dalam sebuah perusahaan misalnya, salah satu cara untuk
menjaga agar para karyawan merasa aman di hari tuanya kelak, adalah dengan
memberikan jaminan hari tua, pesangon, asuransi, dan sebagainya.
5.
Motif
Status
Merupakan
kebutuhan manusia untuk mencapai atau menduduki tingkatan tertentu di dalam
sebuah kelompok, organisasi atau masyarakat. Parsons, seorang ahli sosiologi
menyimpulkan adanya beberapa sumber status seseorang yaitu :
· Keanggotaan
di dalam sebuah keluarga. Misalnya, seorang anggota keluarga yang memperoleh
status yang tinggi oleh karena keluarga tersebut mempunyai status yang tinggi
di lingkungannya.
· kualitas
perseorangan yang termasuk dalam kualitas perseorangan antara lain
karakteristik fisik, usia, jenis kelamin, kepribadian.
· Prestasi
yang dicapai oleh seseorang dapat mempengaruhi statusnya. Misalnya, pekerja
yang berpendidikan, berpengalaman, mempunyai gelar, dsb.
· Aspek
materi dapat mempengaruhi status seseorang di dalam lingkungannya. Misalnya,
jumlah kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.
C.
PENERAPAN
MOTIVASI DALAM ORGANISASI
Motivasi adalah proses yang menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga
elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Dalam hubungan antara motivasi dan
intensitas, intensitas terkait dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha,
tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan
kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi.
Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa
lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Pada umumnya para ahli teori perilaku
beropini
bahwa dalam setiap perilakunya manusia mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Keberadaan tujuan tersebut, menjadi tumpuan sinergi dengan para ahli teori
motivasi yang berusaha berfikir dan mencari cara agar manusia dapat didorong
berkontribusi memenuhi kebutuhan dan keinginan organisasi. Tenaga kerja penting
dimotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa motivasi mereka bekerja
dalam keadaan sakit hati yang menjurus pada ketiadaan kontribusi bahkan terbuka
peluang kontribusi yang merugikan. Teori hierarkhi kebutuhan Maslow menyiratkan
manusia bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan
serta pengalamannya. Tenaga kerja termotivasi oleh kebutuhan yang belum
terpenuhi dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah tingkatan
sebelumnya. Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut, tidak lain : kebutuhan
fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri. Dari fisiologis
bergerak ke tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu, perwujudan diri secara
bertahap. Terlepas menerima atau tidak kebutuhan berhierarkhi, mengetahui
jenis-jenisnya adalah memberikan kontribusi silang saling memenuhi.
Tanpa adanya motivasi dalam diri
seseorang, maka dapat dipastikan bahwa orang itu tidak akan bergerak sedikitpun
dari tempatnya berada. Begitupun dalam kehidupan berorganisasi,motivasi sangat
mutlak adanya karena motivasi merupakan tujuan yang akan kita capai.
Sehebat apapun rencana yang telah dibuat oleh ketua organisasi, apabila dalam
proses aplikasinya dilakukan oleh anggota yang kurang atau bahkan tidak
memiliki motivasi yang kuat, maka akan menyebabkan tidak terealisasinya rencana
tersebut.
D.
IMBALAN,
HUKUMAN DAN DISIPLIN
1.
Definisi
Imbalan Dalam Organisasi
Imbalan atau Kompensasi adalah fungsi
manajemen sumber daya manusia yang berkaitan dengan semua
bentuk penghargaan yang dijanjikan akan diterima karyawan sebagai
imbalan dari pelaksanaan tugas dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan
(Ivancevich,1998). Sistem imbalan adalah pemberian salah satu bentuk
penghargaan kepada karyawan atas sumbangannya kepada organisasi terutama
tercermin dari prestasi karyanya (Siagian,2002). Sistem imbalan baik berupa
financial maupun non financial yang dikendalikan oleh organisasi dapat
digunakan sebagai alat untuk memotivasi karyawannya (Simamora, 2001).
2.
Maksud
dan Tujuan dari Imbalan
Terdapat
beberapa maksud dari pemberian reward di dalam sebuah organisasi, yaitu :
·
Penghubung kepentingan organisasi dalam
individu
Kepentingan
individu seringkali tidak seiring dengan kepentingan organisasi, maka dengan pemberian
imbalan yang baik maka kesenjangan tersebut dapat diatasi.
·
Pilihan organisasi
Dengan
sistem imbalan yang baik akan memberikan keleluasan bagi organisasi untuk
memilih calon alternative individu yang diinginkan sesuai dengan bidangnya atau
kompetensi.
·
Mempengaruhi kepuasan
Didalam
perilaku organisasi dikatakan bahwa kompensasi/imbalan dapat meningkatkan
kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya yang juga sekaligus memacu motivasi
individu kerja.
·
Umpan balik
Standar
imbalan tertentu akan menunjukkan kinerja yang harus diberikan kepada individu
di dalam organisasi dari pekerjaan yang dilakukan.
·
Pemberdayaan
Dengan
imbalan yang cukup baik akan dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri
di dalam organisasi dalam berhadapan dengan lingkungannya.
3.
Jenis
– Jenis Imbalan
Jenis
imbalan menurut Gitosudarmo (1997:227) Ada 2 yaitu imbalan intrinsik dan
imbalan ekstrinsik. Imbalan intrinsic adalah imbalan yang berkaitan
dengan pekerjaan itu sendiri. Imbalan intrinsik meliputi
penyelesaian, pencapaian prestasi, otonomi, dan pertumbuhan pribadi.
Imbalan intrinsik ini penting bagi para manajer karena imbalan ini
merupakan kunci untuk membuka kekuatan motivasi seseorang sebab motivasi
merupakan pekerjaan dari diri sendiri dan merupakan kemauan dari pribadi
itu sendiri (Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 1985). Imbalan ekstrinsik adalah
imbalan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan tetapi berasal dari
pekerjaan. Imbalan ekstrinsik ini merupakan ‘pemuas’ yang
datang dari lingkungan luar dimana kita kerja atau tinggal. Imbalan
ekstrinsik meliputi imbalan finansial, jaminan sosial, pembagian
keuntungan, pengakuan, promosi, supervisi, persahabatan, dan
perbedaan kompensasi (Anonimous, 2002).
4.
Pengaruh
Imbalan dalam Kinerja Organisasi
Apabila
seseorang memperhatikan pemberian
imbalan kepada karyawan maka karyawan dengan kesadarannya akan mengerjakan
tanggung jawab mereka dengan baik dan juga akan bekerja lebih keras untuk
mencapai sasaran-sasaran organisasi dengan meningkatkan hasil kerja mereka yang
akan semakin baik yang secara tidak langsung, produktivitas mereka pun
meningkat pula. Dengan meningkatkan produktivitas karyawan maka akan berdampak
pada pertumbuhan produktivitas perusahaan yang artinya meningkatkan laba
organisasi yang mungkin diperlukan untuk menjaga eksistensi organisasi,
melakukan ekspansi maupun mengembangkan usaha.
5.
Definisi
Hukuman dalam Organisasi
Hukuman
mengacu pada perilaku bila segera diikuti oleh presentasi atau oleh pencabutan
atau penghentian rangsangan yang menurunkan tingkat perilaku dimasa depan
(Azrin dan Holz, 1966). Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk
mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku
secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang
tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang
bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku
yang diharapkan.
6.
Tujuan
Hukuman Dalam Organisasi
Sanksi
hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi
hukum yang semakin berat, maka pegawai akan semakin takut untuk melanggar
peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indispliner pegawai juga
akan semakin berkurang. Sanksi hukum harus diterapkan berdasarkan pertimbangan
logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada seluruh pegawai.
Sanksi hukum harus bersifat mendidik pegawai untuk mengubah perilakunya yang
bertentangan dengan peraturan/ketentuan yang sudah disepakati bersama.
Yang
perlu diketahui dalam memberikan hukuman :
·
Penentuan waktu, waktu penerapan hukuman
merupakan hal yang penting.
·
Intensitas. Hukuman mencapai keefektifan
yang lebih besar jika stimulus yang tidak disukai relatif kuat.
·
Penjadwalan, Dampak hukuman tergantung
pada jadwal. Pengertian konsistensi atau kemantapan penerapan setiap jenis
jadwal jenis hukuman adalah penting.
·
Kejelasan alasan, kesadaran atau
pengertian memainkan peranan penting dalam hukuman. Dengan menyediakan alasan
yang jelas mengapa hukuman dikenakan dan pemberitahuan tentang konsekuensi
mendatang, jika tanggapan yang tidak diharapkan terulang kembali.
·
Tidak bersifat pribadi. Hukuman yang
ditujukan pada suatu tanggapan khusus tidak kepada orang atau pola umum
perilaku.
7.
Pengaruh
Hukuman Dalam Kinerja Organisasi
Dengan
adanya hukuman maka akan meningkatkan disiplin kerja yang dapat mempengaruhi
kinerja karyawan. Karena dengan memilki disiplin kerja yang tinggi maka seorang
karyawan akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya dengan tertib dan lancar
sehingga hasil kerjanya (kinerjanya) akan meningkat serta akan berdampak pula
pada tujuan perusahaan yang dapat dicapai secara optimal.
E.
TEKANAN
(STRES INDIVIDU)
Stress
individu adalah tekanan atau ketegangan yang dihadapi seseorang dan
mempengaruhi emosi, pikiran, serta kondisi keseluruhan dari orang tersebut. Stress
merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang
atau mengancam kesehatan seseorang. Orang – orang merasa stress karena terlalu banyak pekerjaan,
ketidakpahaman terhadap pekerjaaan, beban informasi yang terlalu berat atau
karena mengikuti perkembangan zaman. Kejadian – kejadian tersebut menimbulkan
distress, yakni derajat penyimpangan fisik, psikis dan perilaku dari fungsi
sehat.
Faktor
pemicu stress disebut stressor. Stressor dibagi atas dua, antara lain :
1.
Stressor
On The Job (dalam lingkungan pekerjaan)
Stressor
adalah penyebab stress, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan fisik
dan emosional pada seseorang. Stressor yang berhubungan dengan pekerjaan
terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu:
a. Lingkungan
Fisik
Beberapa stressor ditemukan dalam
lingkungan fisik pekerjaan, seperti terlalu bising, kurang baiknya penerangan
ataupun risiko keamanan. Stressor yang bersifat fisik juga kelihatan pada
setting kantor, termasuk rancangan ruang kantor buruk, ketiadaan privasi, lampu
penerangan yang kurang efektif dan kualitas udara yang buruk.
b. Stres
karena Peran atau Tugas
Stressor karena peran/tugas termasuk
kondisi dimana para pegawai mengalami kesulitan dalam memahami apa yang menjadi
tugasnya, peran yang dia mainkan dirasakan terlalu berat atau memainkan
berbagai peran pada tempat mereka bekerja. Stressor ini memiliki empat penyebab
utama, yakni:
·
Konflik
peran, konflik ini terjadi ketika orang-orang bersaing
menghadapi berbagai tuntutan. Terdapat tipe konflik peran dalam setting
organisasional, antara lain: (1) inter-cole conflict, terjadi ketika seorang
pegawai memiliki dua peran yang masing-masing berlawanan. (2) intra-cole
conflict terjadi ketika individu menerima pesan berlawanan dari orang yang
berbeda. Dan (3) person-role conflict terjadi ketika kewajiban-kewajiban pekerjaan dan nilai-nilai organisasional
tidak cocok dengan nila-nilai pribadi.
·
Peran
mendua/ambiguitas, muncul dan dirasakan ketika para
pegawai bimbang tentang tugas-tugas mereka, harapan kinerja, tingkat kewenangan
dan kondisi kerja yang lain.
·
Beban
kerja, merupakan stressor hubungan peran atau tugas lain
yang terjadi karena pegawai merasa beban kerjanya terlalu banyak.
·
Karakteristik
Tugas (task characteristics), karakteristik ini mempunyai
tugas yang berat dalam membuat keputusan pemecahan masalah.
c. Penyebab
stress antarpribadi (inter-personal stressors)
Stresor ini akan semakin bertambah
ketika karyawan dibagi dalam divisi-divisi dalam suatu departemen yang
dikompetisikan untuk memenangkan target sebagai divisi terbaik dengan reward
yang menggiurkan
d. Organisasi
Banyak sekali ragam penyebab stress yang
bersumber dari organisasi. Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu
penyebab stress yang tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan.
2.
Stressor
Off The Job (dari luar lingkungan pekerjaan)
Ada
beberapa stress yang bukan disebabkan oleh pekerjaan, antara lain sbb:
a) Time
bassed conflict, merupakan tantangan untuk menyeimbangkan tuntuta waktu untuk
pekerjaan dengan aktivitas keluarga dan aktivitas bukan pekerjaan lainnya.
Stress ini lebih akut pada wanita daripada pria.
b) Strain
basic conflict, stress ini terjadi ketika stress dari satu sumber meluap
melebihi kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Stress ini mengarah kepada
kematian suami atau istri.
c) Role
behavior conflict, stress ini memiliki peran dalam pekerjaan yang berhubungan
dengan karyawannya. Stress ini dituntut lingkungan yang adakalanya bertentangan
dengan tuntutan pekerjaan.
d) Stress
karena adanya perbedaan individu, terdapat 3 alasan penyebab stress yang sama
orang memperlihatkan gejala-gejala stress yang berbeda. Pertama, penerimaan
kita terhadap situasi yang sama. Kedua, memiliki batas kemampuan dalam
mengatasi stress. Dan ketiga, kemungkinan orang memiliki tingkat stress yang
sama yang ditimbulkan dari stress yang berbeda.
3.
Dampak
stressor dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu:
a. Sifat
stressor, yaitu pengetahuan individu tentang stressor tersebut dan pengaruhnya
pada individu tersebut.
b. Jumlah
stressor, yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu
bersamaan.
c. Lama
stressor, yaitu seberapa sering individu menerima stressor yang sama.
d. Pengalaman
masa lalu.
e. Tingkat
perkembangan.
4.
Strategi
Manajemen Stress
Ada
5 hal yang harus diperhatikan dalam strategi manajemen stress yaitu:
a. Menghilangkan stress
Ada
banyak cara untuk menghilangkan sumber stress ditempat kerja. Salah satu solusi
terbaik adalah dengan memberdayakan para pegawai sehingga mereka memiliki
control yang lebih atas pekerjaan dan lingkungan pekerjaan mereka.
·
Penggunaan atau Pemanfaatan waktu yang
flexibel, perusahaan mengajak pegawainya untuk menentukan kapan mulai dan
berakhirnya waktu kerja sehingga mereka dapat lebih mudah menyesuaikan antara
aktivitas pribadi dan pekerjaan.
·
Job Sharing, memisahkan posisi karir
antara dua orang sehingga mereka yang mengalami stress Time Bassed lebih
sedikit diantara pekerjaan dan keluarga.
·
Telecommuting, adalah bekerja dari rumah
biasanya dilakukan dengan menghubungkan computer ke kantor sehingga mudah untuk
menukar kegiatan pekerjaan dan bukan pekerjaan.
b. With
Drawing From the Stresscors
Para pegawai biasanya mengalami stress
ketika tinggal dan bekerja dalam kultur yang berbeda. Para ekspatriat harus
membayar kontan bagaimana cara berpikir, bersikap, dan bertindak dipersepsikan
atau direspon dilingkungannya perlu waktu dan keinginan yang kuat agar mampu
beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan baru.
c. Merubah
Persepsi Stress
Tingkat stress yang dialami pegawai
dalam situasi yang sama dapat berbeda, hal ini disebabkan adanya perbedaan
persepsi. Stress sebenarnya dapat diminimumkan melalui perubahan persepsi atas
situasi yang ada sehingga dapat menerima pekerjaan sebagai tantangan dan bukan
ancaman.
d. Mengontrol
Konsekuensi Stress
Kadang-kadang para pegawai tidak dapat
mengendalikan stress yang di alaminya. Program gaya hidup sehat akan membantu
pegawai belajar bagaimana gaya hidup yang sehat.
e. Menerima
Dukungan Sosial
Dukungan lingkungan sekitar dapat
mengurangi stress yang dialami seseorang. Ada 3 hal yang bisa dilakukan untuk
memberikan dukungan kepada pegawai yang mengalami stress yaitu:
1. Memperbaiki
persepsi mereka bahwa mereka bernilai dan berguna.
2. Menyediakan
informasi untuk membantunya memahami masalah yang sesungguhnya yang
memungkinkan untuk menghilangkan sumber stress.
3. Dukungan
emosional dari yang lain dapat secara langsung mengurangi stress.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa
factor-faktor yang berpengaruh terhadap komiten Perilaku Individu dan
Pengaruhnya terhadap organisasi diantaranya adalah kejujuran dalam
pekerjaan,perhatian,kepedulian dan kepercayaan terhadap karyawan,perbedaan
karakteristik individu (usia,tingkat pendidikan ,jenis kelamin, , karakteristik
yang berhubungan dengan pekerjaan, karakteristik struktural (formalitas,
desentralisasi), pengalaman dalam kerja, kepercayaan dan penerimaan yang penuh
atas nilai-nilai dan tujuan organisasi, keinginan bekerja keras demi
kepentingan organisasi, dan keinginan untuk mempertahankan diri agar tetap
menjadi anggota organisasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa aspek-aspek komitmen Perilaku Individu dan Pengaruhnya terhadap
organisasi meliputi kemauan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam
organisasi yang ditandai dengan kesetiaan pada organisasi atau perusahaan,
kemampuan yang kuat berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan dengan ikut
mendukung kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan sasaran organisasi serta adanya
penerimaan nilai, tujuan dan sasaran organisasi. Aspek-aspek yang akan
dijadikan alat ukur adalah perasaan manunggal dengan organisasi, perasaan
terlibat pada Perilaku Individu dan Pengaruhnya terhadap organisasi, dan
perasaan setia dan loyal pada perusahaan.
izin copas mas/mba,
BalasHapussaya cantumin source nya kok
thanks
ra masok , etikanya di pakai , lulus sd kan ??
BalasHapusSangat membantu
BalasHapus