Perilaku Kelompok dan Interpersonal



BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Kelompok adalah orang yang memiliki kepentingan yang sama dan memiliki beberapa landasan interaksi yang sama. Mereka diikat bersama oleh serangkaian hubungan sosial yang khas. Kelompok dapat terorganisasi secara ketat dan berjangka panjang, namun juga dapat bersifat cair dan sementara.  Kelompok dapat terdiri atas dua orang (dyadlduo), tiga orang (tryadltrio), empat orang (kwartet), dan seterusnya sampai puluhan atau bahkan ribuan orang. 
Tim berkinerja tinggi dijumpai mempunyai karakteristik yang sama. Tim itu cenderung kecil, berisi orang-orang dengan tipe-tipe keterampilan yang berbeda. Dengan tepat keterampilan ini mendudukkan orang-orang pada berbagai perasan. Tim ini juga mempunyai suatu komitmen pada maksud bersama, menegakkan tujuan yang spesifik, dan mempunyai kepemimpinan dan struktur untuk memberikan fokus dan pengarahan. Tim itu juga menganggap diri mereka bertanggung jawab baik pada tingkat individual maupun tingkat tim dengan memiliki system evaluasi yang dirancang dengan baik dan system ganjaran. Akhirnya, tim berkinerja tinggi dicirikan oleh kepercayaan timbal balik yang tinggi di antara anggota-anggotanya.
Manajemen hendaknya mencoba memilih individu-individu dengan keterampilan antar pribadi untuk menjadi pemain tim yang efektif, memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan bekerja tim dan mengganjar individu-individu untuk berupaya kooperatif. Para manajer perlu membantu tim dewasa dengan nasihat, paduan, dan pelatihan jika tim ini diharapkan terus tumbuh dan berkembang kinerjanya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana perspektif – perspektif terhadap seuatu kelompok ?
2.      Bagaimana jenis – jenis kelompok ?
3.      Bagaimanakah motivasi dalam pembentukkan kelompok ?
4.      Apa saja tahap – tahap dalam pengembangan kelompok ?
5.      Apa ciri – ciri dari suatu kelompok ?
6.      Bagaimana konsep peran ?
7.      Apa model yang terpadu dari pembentukan dan pengembangan kelompok ?

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui perspektif – perspektif terhadap kelompok
2.      Mengetahui jenis – jenis kelompok
3.      Memahami motifasi dalam pembentukan kelompok
4.      Memahami tahap – tahap dalam pembentukan kelompok
5.      Mengetahui ciri – ciri dari suatu kelompok
6.      Memahami konsep peran
7.      Mengetahui model yang terpadu dari pembentukan dan pembentukan kelompok


BAB II
PEMBAHASAN

A.     BERBAGAI PERSPEKTIF TERHADAP KELOMPOK
Beberapa pendekatan perspektif yang berbeda satu sama lain bisa dipergunakan untuk menganalisis teori atau konsep kelompok. Pendekatan perspektif dipergunkan untuk memahami bahwa mempelajari teori organisasi tidak hanya cukup menggunkan a single dan unified models dari tatanan suatu kelompok. Akan tetapi banyak pendekatan dan cara yang berbeda yang bisa dipakai. Pada aslinya konsep perspektif ini dipergunakan dalam manajemen, akan tetapi inti pembahasannya dipergunakan pula untuk teori organisasi.
Menurut Huse dan Bowditch ada 3 aliran golongan perspektif yakni :
a)      Perspektif I, intinya melihat konsep organisasi/manajemen dari faham klasik. Aliran ini pada intinya mengartikan organisasi/kelompok sebagai suatu isue-isue  tentang bagaimana kelompok itu disusun, fungsi-fungsi dirancang dan dibiayai, kewenangn dan tanggungjawab dijalankan, span pengawasan dijalankan  dan gaya kepemimpinan yang bagaimana yang seharusnya dijalankan.
b)      Perspektif II, dalam perspektif ini konsep oranisasi/kelompok lebih diartikan sebagai aliran pekerjaan. Konsep dasarnya bagaimana suatu informasi itu bisa dijalankan dan disampaikan dengan sebaiknya melalui alat analisa yang tepat.
c)      Perspektif III, dalam hal ini konsep organisasi/manajemen sebagian besar titik perhatian pada human perspektif. Dalam pandangan perspektif organisasi dan manajemen bahwa manusia dalam setiap satuan kerja organisasi/kelompok menjadi lebih penting dibandingkan dengan struktur seperti yang diteknakan dalam aliran perspektif I.
Menurut W. Richard Scott (1981) ada beberapa perspektif teori organisasi antara lain:
1)      Perspektif rational,
2)      Perspektif natural,
3)      Perspektif open system,
4)      Kombinasi dari perspektif diatas
Kita ikuti dulu penjelasan dari perspektif Richard Scott. Dari rational system ini, organisasi merupakan instrument yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu, bagaimana baik atau buruknya suatu instrument amat tergantung pada factor-faktor yang dirangkumkan oleh konsep rasionalitasnya suatu struktur. Perspektif ini dipandang sebagai suatu tindakan yang dipandu oleh tujuan dan tindakan yang terkordinasikan. Bahasa yang dipergunakan antara lain: efisiensi, optimalisasi, implementasi, dan lain-lain.


B.     JENIS – JENIS KELOMPOK
Jenis – jenis kelompok terbagi atas:
1)      Kelompok formal dan informal
·         Kelompok formal, adalah sub unit sah dari organisasi yang telah ditetapkan oleh anggaran dasar atau suatu ketetapan management. Jadi kelompok ini sengaja dibentuk untuk memenuhi tugas yang nyata guna mendukung tugas organisasi.
·         Kelompok non-formal, adalah kelompok yang muncul sebagai upaya pemenuhan kebutuhan individu dengan mengembangkan tata hubungan dengan anggota lain dalam organisasi. Kelompok informal hanya dapat terbentuk apabila lokasi fisik anggota-anggotanya, sifat pekerjaan, dan jadwal kerja memungkinkan untuk terbentuknya kelompok. Oleh karena itu kelompok informal muncul dari kombinasi antara faktor-faktor formal dan kebutuhan manusia sebagai anggotanya.
2)      Kelompok primer dan sekunder
·         Kelompok primer adalah kelompok yang jumlah anggotanya sedikit, walaupun tidak setiap kelompok yang anggotariya sedikit adalah kelompok primer. Hubungan antaranggota bersifat personal  (saling kenal secara pribadi) dan mendalam, diwarnai oleh kerja sama, sering bertatap muka dalam waktu lama, sehingga terbangun keterlibatan perasaan yang dalam. Contoh kelompok primer adalah, keluarga, kelompok teman, sepermainan.
·         Kelompok sekunder, adalah kelompok yang jumlah anggotanya banyak. Hubungan antar anggota bersifat impersonal (tidak saling kenal secara pribadi), lebih diwarnai oleh kompetisi, jarang bertatap muka dalam waktu lama, sehingga tidak terbangun hubungan yang emosional. Hubungan yang ada lebih bersifat fungsional, artinya orang bukan dilihat dan segi “siapanya” melainkan lebih dilihat dan segi “apa kegunaannya” bagi pencapaian tujuan kelompok. Contoh kelompok sekunder adalah, organisasi buruh, universitas, sekolah dll.
3)      Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
·         Kelompok keanggotaan, adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
·         kelompok rujukan, adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
4)      Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
·         kategori deskriptif, menunujukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik.
·         Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.
5)      Kelompok Komando, adalah kelompok yang terdiri dari individu – individu yang melapor langsung kepada manajer tertentu, atau dengan kata lain kelompok komando adalah manajer dan semua bawahannya.
6)      Kelompok tugas, adalah orang-orang yang secara bersama-sama menyelesaikan tugas.
7)      Kelompok Kepentingan, adalah orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan khusus dan yang menjadi perhatian masing-masing orang.


C.     MOTIVASI PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya persepsi atau perasaan yang sama untuk memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan adanya motivasi untuk memenuhinya, lalu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik. tetapi kesamaan di antara anggota – anggotanya. seseorang lebih menyenangi berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. misalnya kesamaan minat, kepercayaan, hobi, usia dsb.
 Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing – masing anggota ( siapa yang menjadi ketua atau anggota ). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan konflik. Perpecahan yang terjadi biasanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan kelompok. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Setelah adanya interaksi biasanya dalam sebuah kelompok terdapat norma sosial. Norma terbentuk dari proses akumulatif interaksi kelompok.


D.     TAHAP – TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK
1)      Pembentukan (forming)
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung bekerja sendiri walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk merencanakan, mengumpulkan informasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
2)      Keributan (storming)
Pada tahap ini kelompok mula mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus mereka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek tahap ini. Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bisa saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.
3)      Penormaan (norming)
Terhadap kesepakatan dan konsesus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan harmoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan – aturan dan nilai – nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi penting masing – masing anggota untuk kelompok.
4)      Pelaksanaan (peforming)
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervise eksternal. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dan berkomunikasi. Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil oleh kelompok.
5)      Peristirahatan (Adjourning and Transforming)
Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan. Misalnya jika ada review mengenai goal atau ada perubahan anggota kelompok.


E.      CIRI – CIRI KELOMPOK
Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok social apabila memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
ü  Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia yang lain.
ü  Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu.
ü  Memiliki norma-norma yang mengatur di antara hubungan para anggotanya dan Memiliki kepentingan bersama.
ü  Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya. Kelompok sosial dapat lahir, tumbuh, dan berkembang tidak terlepas dengan adanya komunikasi sosial dan interaksi sosial.
ü  Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama).
ü  Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
ü  Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing.
ü  Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
ü  Berlangsungnya suatu kepentingan dan adannya pergerakan yang dinamika.


F.      KONSEP PERAN
Seperti komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan sebagai berikut:
1)      Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.
2)      Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.
3)      Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas kelompok.
Dalam suatu kelompok masing-masing anggota tentu tidak melakukan hal yang sama dalam mencapai tujuan. Setiap anggota memiliki tugas dan fungsi yang berbeda sesuai dengan harapan. Dengan kata lain, anggota kelompok yang berbeda tentu akan memainkan peran yang berbeda. Contoh: tugas dan tanggung jawab seorang direktur adalah memimpin perusahaan. Tugas karyawan adalah mengikuti perintah atasannya. Benne dan Sheats (dalam Forsyth, 1983) membagi peran atas:
a)      Task role: anggota kelompok yang melakukan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu pada kelompok tersebut. Misalnya sebagai coordinator, elaborator, energizer, evaluatorcritic, information giver, information seeker, dan opinion seeker.
b)      Sociemotional role: Posisi anggota dalam kelompok untuk mendukung perilaku interpersonal secara akomodatif. Misalnya compromiser, encourager, follower, dan harmonizer.
c)      Individual role : peran  individu yang tidak berkontribusi dengan besar, namun tetap dibutuhkan perannya sebagai penopang kebutuhan kelompok. Misalnya aggressor, block, dominator, dan help seeker.
Terdapat perbedaan dengan ketiganya karena setiap anggota akan tidak mudah untuk mencapai task role dan sociemotional role secara bersamaan. Masing-masing telah memiliki spesifikasinya sendiri. Spesifikasi tugas cenderung untuk mendapatkan pertanyaan lagi, menampilkan ketegangan, antagonisme, dan perselisihan. Sedangkan spesifikasi sosioemosional menerima demostrasi dari solidaritas, pengurangan ketegangan, dan solusi dari masalah. Namun bukan berarti anggota kelompok tidak mampu menjalankan sekaligus. Bahkan ketika anggota kelompok melakukan keduanya, maka peran mereka akan menjadi lebih efektif.
Peran tidaklah semudah yang dibayangkan. Kadang terdapat benturan sehingga menimbulkan konflik dengan anggota kelompok yang lain. Ketika hal ini terjadi peran mereka menjadi kompleks.
a)      Role ambiguity : ekspektasi yang tidak jelas tentang perilaku yang akan dilakukan oleh individu yang menempati posisi dalam kelompok. Sehingga ketika hal ini dirasakan oleh seseorang, maka dia akan kebingungan harus berperan seperti apa dalam kelompok tersebut.
b)      Role conflict : Konflik yang terjadi secara intragroup dan intraindividual yang merupakan hasil dari ketidakcocokan peran. Misalnya ketika seseorang mengalami pergolakan dengan perannya sendiri akibat dari peran oranglain yang tidak sesuai sehingga mengacaukan perannya sendiri. Hal inilah yang dinamakan intrarole conflict. Namun apabila ketidakcocokan antara dua peran sekaligus hal ini dinamakan interrole conflict.
c)      Role conflict group performance: konflik dari peran yang terjadi pada anggota cenderung mengakibatkan konflik pada performa kelompok. Apabila hal ini terjadi maka keberlangsungan kelompok secara tidak langsung akan terancam.


G.     MODEL TERPADU DARI PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK
Kelompok dapat dibentuk, tetapi kelompok juga dapat bubar. Misalnya, kelompok belajar pada suatu waktu dibentuk, tetapi kalau sudah dianggap cukup atau tujuan telah tercapai, maka kelompok pun dapat bubar. Namun, ada kelompok yang sulit untuk bubar, misalnya kelompok keluarga.
Kelompok terbentuk karena adanya persamaan dalam kebutuhan akan berkelompok, dimana individu memiliki potensi dalam memenuhi kebutuhan dan setiap individu memiliki keterbatasan, sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain untuk mengatasinya. Proses transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang dijadikan pedoman untukmengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
a)      Adaptasi, setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
b)      Pencapaian tujuan, setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
a.   Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual.
b.   Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.
c.   Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)


BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari kelompok itu antara lain:
1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
      2. Memudahkan segala pekerjaan
3. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
4. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban.
pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain:
      1. Kelompok Primer
2. Kelompok Sekunder
3. Kelompok Formal
4. Kelompok Informal


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Khusus